Jumat, 23 Desember 2016

Hidup yang Ganas

ini dia coi, si Meong itu, kalau lucu, baguslah, nurutku pun sih iya. 
huft.....

Sengaja ku ucapkan karena ke empat mata ini (dua mata pemberian Tuhan dan dua nya lagi kacamata) pernah menyaksikan ada adegan nyata yang dipertontonkan begitu sadis di jalanan. Sadis!. Adegan sadis itu bukan tentang pemerkosaan ataupun pembunuhan sadis hingga mencucurkan darah sampai membanjiri jalanan. Bukan, bukan seperti itu. Sedikit dramitisir, pelaku adegan sadis nan nyata itu bukan diperankan oleh anak manusia yang sedang bingung dengan diri dan hidupnya. Tapi oleh kucing. Tepatnya satu kucing peliharaan dirumah namanya:?????!!!!!++++???***. Aku sampai lupa memberinya nama sampai sekarang. Sebut saja namanya Meong. Dan satu kucing lagi pun aku tidak tahu namanya siapa. (lagian siapa juga yang mau ngingat nama kucing, nama teman sendiri aja kadang bisa lupa).

Jadi ceritanya dimulai pada suatu malam yang gelap dan dingin. Dimalam itu, tiada terdengar suara bunyi apapun kecuali hanya deruan suara sangar dari kedua kucing ini. Mereka hendak bertempur seperti gangster yang ingin memperebutkan lapak tulang ikan pemberian emak-emak sehabis masak. Kucing ku yang bernama Meong umurnya tak lebih dari empat bulan kala itu, sedangkan lawannya umurnya sekitaran dua tahun lebih tua atau si Meong sebenarnya lebih tepatnya memanggil om atau uak. Dibilang bertempur sebenarnya kucing ku takut sekali melihat kucing jantan yang sinis menatapnya. Tapi apalah daya, kucingku pun berkelamin jantan dan jiwa tempurnya juga tinggi, suara dengkuran keras sering dikeluarkan untuk sekedar memberi tahu kucing jantan yang mau mencakar kulitnya. 

Sebelum semakin jauh ceritanya (padahal baru tiga paragraf, tapi jujur capai coeg nulis itu) (hampir curhat). oke, sebelum jauh ceritanya hingga mereka bertempur hebat terlebih dahulu ada yang perlu disampaikan mengenai kenapa kucing ku begitu dibenci sama kucing pejantan lain (tepatnya musuh kucingku semua kucing penjantan di sekitar rumah). Begini, di suatu malam yang gelap (kok gitu lagi sih yang ditulis). Oh maaf, jadi ringkasnya, kucing ku itu dibenci karena timbul kecemburuan sosial antar kucing pejantan di sekitar rumah ku. Kebetulan kucing itu dirawat sejak ia datang dan masuk sendiri ke rumah. Saat diusir dengan mengangkatnya ke belakang rumah, lalu pintu dikunci lagi, eh, sikucing itu masuk dari pintu depan, dan begitu lah seterusnya, sampai emakku mengizinkannya tinggal dirumah (beruntung sekali kau kucing, bangga aku bah).

Dengan tinggalnya kucing itu dirumah (pada waktu itu umurnya sekitar satu bulan) makannya terjaga lengkap dengan nasi plus lauk ditambah minumnya air dari bak mandi, Selama tinggal di rumah nafsu makannya tidak pernah surut setiap beberapa jam sekali minta makan sambil meong-meong hingga badannya cukup gemuk seukuran kucing kampung pada umumnya biasanya agak kurusan. Melihat kesejahteraan sosial sudah didapatkan kucing ku dengan bebas masuk ke rumah selama pintu malam tetap terbuka membuat kucing jantan lain pun agak iri melihatnya (prasangku saja, tak ada yang bisa mengerti bahasa kucing). Sejak itu, kucing ku saat sudah dikeluarkan pas malam telah larut ia pun ku tengok tak pernah lelap betul menutup matanya. Beberapa menit sekali matanya terjaga sambil melihat kanan kiri seperti ketakutan. Betul saja, saat waktu menunjukkan jam satu malam suara meong pun terdengar kencang sekali. Aku pun langsung membuka pintu melihat siapa yang bertengkar itu. Ternyata kucing ku sambil berlari kencang masuk  ke dalam rumah. Kucing jantan yang ku lihat mengejarnya langsung ku usir pakai gagang sapu ijok (tapi tak sampai ku pukul kan, gertak saja). 

Kejadian kejar-kejaran yang menimpa kucing malang ku hampir terjadi tiap malam, padahal umurnya barulah sekitar tiga atau empat bulanan. Kalau misalnya itu anak manusia, mungkin sudah depresi di umur yang masih butuh kasih sayang sudah diteror tentang perebutan kekuasaan. Tapi kucing ku tampak begitu tegar dengan tidak sedikitpun nafsu makannya berkurang setiap harinya. Tetap saja menu hariannya adalah nasi plus lauk ikan dan minumnya air bak mandi yang di taruh di gayung (pahamkan gayung itu apa). Akibat selalu dikejar hampir setiap malam membuat tidurnya pun seperti kalelawar, tidurnya siang dan malamnya ia terjaga (gak bagus begadang, jangan ikutin aku cing, jangan). 

Begitulah kira-kira maksud judulku itu, HIdup yang Ganas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar